Kios Vs Toko : Apa Saja Perbedaan Utama dalam Dunia Usaha ?
Seputar Bisnis | 14 Desember 2024
Insight Bisnis / Seputar Bisnis / BEP: Pengertian, Konsep, Cara Menghitung, Hingga Kegunaanya!
28 Februari 2023 | marketing
BEP atau Break Even Point adalah suatu istilah dalam bidang bisnis yang digunakan untuk menentukan titik impas atau titik di mana pendapatan dari suatu produk atau layanan sama dengan biaya produksinya.
Dalam kata lain, BEP adalah titik di mana sebuah bisnis tidak menghasilkan keuntungan maupun kerugian.
BEP sangat penting dalam mengambil keputusan bisnis karena menentukan berapa banyak produk atau layanan yang harus dijual agar bisnis dapat mencapai titik impas atau bahkan menghasilkan keuntungan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang konsep BEP, cara menghitungnya, dan bagaimana BEP dapat membantu bisnis dalam pengambilan keputusan.
BEP adalah kepanjangan dari Break Even Point yang merupakan suatu titik di mana pendapatan yang diterima dari penjualan produk atau jasa sama dengan biaya produksi dan operasional, sehingga pada titik tersebut bisnis tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian.
Dalam kata lain, BEP adalah titik impas atau break even dimana total pendapatan sama dengan total biaya.
Konsep BEP sangat penting dalam bisnis karena dapat membantu pengusaha untuk mengetahui jumlah minimum penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas dan kemudian memutuskan apakah akan meningkatkan volume produksi atau tidak.
Dengan mengetahui BEP, pengusaha dapat membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan bisnis agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
BEP atau Break Even Point merupakan konsep bisnis yang telah banyak dibahas oleh para ahli di bidang akuntansi, manajemen keuangan, dan bisnis.
Berikut adalah pengertian BEP menurut beberapa ahli:
1. Horngren, Datar, and Foster: "Break Even Point (BEP) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, sehingga pada titik tersebut perusahaan tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian."
2. Garrison, Noreen, dan Brewer: "BEP adalah jumlah penjualan dimana total pendapatan sama dengan total biaya. Pada titik BEP, laba kotor sama dengan nol."
3. Irawan dan Sunarto: "BEP adalah titik impas yang menunjukkan jumlah minimum penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar tidak mengalami kerugian dan tidak pula menghasilkan keuntungan."
Dari pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa BEP adalah suatu titik impas atau break even dimana total pendapatan sama dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian.
BEP sangat penting dalam mengambil keputusan bisnis karena dapat membantu pengusaha untuk mengetahui jumlah minimum penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas dan kemudian memutuskan apakah akan meningkatkan volume produksi atau tidak.
Dengan mengetahui BEP, pengusaha dapat membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan bisnis agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Baca Juga: Apa Itu Produktivitas? Ini Contoh dan Cara Menghitungnya!
Konsep BEP (Break Even Point) merupakan salah satu konsep penting dalam manajemen keuangan dan akuntansi yang menggambarkan titik impas atau break even di mana pendapatan yang diterima dari penjualan produk atau jasa sama dengan biaya produksi dan operasional, sehingga pada titik tersebut bisnis tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian.
Konsep BEP didasarkan pada dua jenis biaya dalam bisnis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun produksi ditingkatkan atau menurun, seperti biaya sewa, gaji pegawai, dan biaya administrasi.
Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang akan bertambah seiring dengan peningkatan produksi, seperti biaya bahan baku, biaya listrik, dan biaya transportasi.
Konsep BEP sangat penting dalam bisnis karena dapat membantu pengusaha untuk mengetahui jumlah minimum penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas dan kemudian memutuskan apakah akan meningkatkan volume produksi atau tidak.
Dengan mengetahui BEP, pengusaha dapat membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan bisnis agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Selain itu, konsep BEP juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi biaya, melakukan analisis risiko dan profitabilitas, serta memantau kinerja bisnis secara keseluruhan.
Oleh karena itu, pemahaman yang baik mengenai konsep BEP sangat penting bagi pengusaha dan manajer dalam mengambil keputusan bisnis yang tepat dan meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Elemen-elemen BEP (Break Even Point) terdiri dari beberapa komponen penting dalam perhitungan titik impas suatu bisnis.
Berikut ini adalah elemen-elemen BEP yang perlu dipahami:
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume produksi atau penjualan meningkat atau menurun.
Contoh biaya tetap antara lain biaya sewa, gaji karyawan, biaya administrasi, dan asuransi.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Contoh biaya variabel antara lain bahan baku, biaya listrik, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja langsung.
Harga jual adalah harga yang dikenakan pada setiap unit produk atau jasa yang dijual oleh bisnis.
Jumlah unit penjualan adalah jumlah unit produk atau jasa yang dijual oleh bisnis dalam suatu periode waktu tertentu.
Break Even Point atau titik impas adalah jumlah minimum penjualan atau jumlah unit produk yang harus dijual agar bisnis dapat menutup biaya produksi dan operasional tanpa menghasilkan keuntungan maupun kerugian.
Elemen-elemen BEP ini saling terkait dan perhitungan BEP dilakukan dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan jumlah unit penjualan.
Dalam pengambilan keputusan bisnis, BEP sangat penting untuk menentukan tingkat produksi yang tepat, menentukan harga jual yang tepat, dan mengoptimalkan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Perhitungan Break Even Point (BEP) sangat penting bagi bisnis karena dapat memberikan manfaat berikut:
Dengan menghitung BEP, bisnis dapat mengetahui jumlah minimum penjualan yang dibutuhkan untuk menutup biaya produksi dan operasional.
Dalam hal ini, BEP menjadi patokan untuk menentukan target penjualan yang perlu dicapai untuk memperoleh keuntungan.
Dalam bisnis, pengusaha selalu berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimal.
Dengan mengetahui BEP, bisnis dapat menentukan harga jual yang tepat dan menetapkan volume produksi yang optimal sehingga dapat memaksimalkan keuntungan.
Dalam bisnis, efisiensi biaya sangat penting untuk meningkatkan kinerja bisnis.
Dengan menghitung BEP, bisnis dapat mengetahui rasio antara biaya tetap dan biaya variabel yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas, sehingga dapat mengukur efisiensi biaya dan meningkatkan kinerja bisnis.
BEP dapat membantu bisnis dalam menentukan rencana investasi yang tepat.
Dengan mengetahui BEP, bisnis dapat menentukan tingkat produksi yang optimal dan mengetahui berapa banyak investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target penjualan dan memperoleh keuntungan yang diinginkan.
BEP dapat membantu bisnis dalam meningkatkan efisiensi operasional.
Dengan mengetahui BEP, bisnis dapat memantau kinerja operasional secara teratur dan menentukan strategi operasional yang tepat untuk mencapai target penjualan dan meningkatkan kinerja bisnis.
Dengan demikian, BEP sangat penting bagi bisnis dalam pengambilan keputusan bisnis yang tepat dan meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Baca Juga: 10 Karakter Wirausaha yang Wajib Dimiliki untuk Meraih Kesuksesan!
Berikut ini adalah cara menghitung BEP (Break Even Point):
Pertama-tama, hitung total biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan dalam suatu periode waktu.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun volume produksi atau penjualan meningkat atau menurun.
Contoh biaya tetap antara lain biaya sewa, gaji karyawan, biaya administrasi, dan asuransi.
Contoh, total biaya tetap dalam suatu periode waktu adalah Rp 50.000.000.
Selanjutnya, hitung biaya variabel per unit (variable cost per unit) yang dikeluarkan dalam suatu periode waktu.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Contoh biaya variabel antara lain bahan baku, biaya listrik, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja langsung.
Contoh, biaya variabel per unit adalah Rp 10.000.
Setelah itu, hitung harga jual per unit (selling price per unit) yang dikenakan pada setiap unit produk atau jasa yang dijual oleh bisnis.
Harga jual per unit dapat ditentukan berdasarkan penawaran dari pesaing atau berdasarkan biaya produksi dan margin keuntungan yang diinginkan.
Contoh, harga jual per unit adalah Rp 20.000.
Kemudian, hitung kontribusi margin per unit (contribution margin per unit) yang diperoleh dari setiap penjualan produk atau jasa.
Kontribusi margin per unit adalah selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit.
Contoh, kontribusi margin per unit adalah Rp 10.000 (Rp 20.000 - Rp 10.000).
Terakhir, hitung break even point (titik impas) dengan rumus: BEP = Total Biaya Tetap / Kontribusi Margin per Unit.
Contoh, BEP adalah: BEP = Rp 50.000.000 / Rp 10.000 = 5.000 unit.
Dalam contoh ini, bisnis harus menjual minimal 5.000 unit produk dalam suatu periode waktu agar dapat menutup biaya produksi dan operasional tanpa menghasilkan keuntungan maupun kerugian.
Demikianlah cara menghitung BEP (Break Even Point) dalam bisnis. Penting untuk dicatat bahwa BEP dapat berubah-ubah tergantung pada perubahan biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan volume produksi atau penjualan.
Oleh karena itu, bisnis perlu memantau kinerja operasional secara teratur untuk memastikan BEP yang dihitung tetap relevan dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan bisnis yang tepat.
Berikut adalah contoh penghitungan BEP (Break Even Point) dengan menggunakan data hipotetikal:
1. Total Biaya Tetap (Fixed Cost) = Rp 1.000.000.000
Total biaya tetap dalam suatu periode waktu adalah Rp 1.000.000.000.
Contoh biaya tetap antara lain biaya sewa, gaji karyawan, biaya administrasi, dan asuransi.
2. Biaya Variabel per Unit (Variable Cost per Unit) = Rp 1.000.000
Biaya variabel per unit (variable cost per unit) yang dikeluarkan dalam suatu periode waktu adalah Rp 1.000.000.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Contoh biaya variabel antara lain bahan baku, biaya listrik, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja langsung.
3. Harga Jual per Unit (Selling Price per Unit) = Rp 5.000.000
Harga jual per unit (selling price per unit) yang dikenakan pada setiap unit produk atau jasa yang dijual oleh bisnis adalah Rp 5.000.000.
4. Kontribusi Margin per Unit (Contribution Margin per Unit) = Rp 4.000.000
Kontribusi margin per unit (contribution margin per unit) yang diperoleh dari setiap penjualan produk atau jasa adalah selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit.
Kontribusi margin per unit adalah Rp 4.000.000 (Rp 5.000.000 - Rp 1.000.000).
5. Break Even Point (Titik Impas) = Total Biaya Tetap / Kontribusi Margin per Unit
BEP = Rp 1.000.000.000 / Rp 4.000.000 = 250 unit.
Dalam contoh ini, bisnis harus menjual minimal 250 unit produk dalam suatu periode waktu agar dapat menutup biaya produksi dan operasional tanpa menghasilkan keuntungan maupun kerugian.
Demikianlah contoh penghitungan BEP dalam bisnis. Penting untuk dicatat bahwa BEP dapat berubah-ubah tergantung pada perubahan biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan volume produksi atau penjualan.
Oleh karena itu, bisnis perlu memantau kinerja operasional secara teratur untuk memastikan BEP yang dihitung tetap relevan dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan bisnis yang tepat.
Break Even Point (BEP) perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan BEP perusahaan:
Jika biaya tetap perusahaan meningkat, maka BEP juga akan meningkat.
Hal ini karena biaya tetap tidak bergantung pada volume produksi atau penjualan, sehingga semakin besar biaya tetap, semakin besar BEP yang dibutuhkan untuk menutupi biaya tersebut.
Jika harga jual produk atau jasa perusahaan turun, maka kontribusi margin per unit juga akan turun.
Hal ini akan membuat BEP meningkat karena perusahaan harus menjual lebih banyak unit produk atau jasa untuk menutupi biaya tetap dan variabel.
Jika biaya variabel per unit meningkat, maka kontribusi margin per unit juga akan turun.
Hal ini akan membuat BEP meningkat karena perusahaan harus menjual lebih banyak unit produk atau jasa untuk menutupi biaya tetap dan variabel.
Jika volume penjualan perusahaan turun, maka kontribusi margin per unit juga akan turun.
Hal ini akan membuat BEP meningkat karena perusahaan harus menjual lebih banyak unit produk atau jasa untuk menutupi biaya tetap dan variabel.
Jika persaingan di pasar semakin ketat, maka perusahaan mungkin perlu menurunkan harga jual produk atau jasa untuk tetap bersaing.
Hal ini akan membuat kontribusi margin per unit turun dan BEP meningkat.
Jika perusahaan menghadapi kenaikan pajak atau regulasi yang memperberat biaya operasional, maka BEP perusahaan akan meningkat.
Jika perusahaan tidak mampu meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi, maka BEP perusahaan akan meningkat karena biaya tetap dan variabel menjadi lebih tinggi.
Dalam menghadapi faktor-faktor di atas, perusahaan dapat mengambil beberapa tindakan untuk menurunkan BEP seperti meningkatkan efisiensi produksi, menurunkan biaya operasional, atau menemukan pasar baru untuk meningkatkan volume penjualan.
Break Even Point (BEP) adalah titik di mana pendapatan perusahaan sama dengan biaya total, sehingga perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.
Salah satu cara untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan adalah dengan mengurangi BEP.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengurangi BEP perusahaan:
Mengurangi biaya produksi dapat membantu menurunkan BEP.
Perusahaan dapat mencari cara untuk meningkatkan efisiensi produksi seperti menggunakan teknologi yang lebih efisien, merampingkan proses produksi, atau meminimalkan limbah produksi.
Menurunkan biaya operasional dapat membantu menurunkan BEP.
Perusahaan dapat mencari cara untuk menekan biaya seperti menegosiasikan harga dengan supplier, memilih pemasok yang lebih murah, atau mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Meningkatkan harga jual produk atau jasa perusahaan dapat membantu menurunkan BEP.
Namun, perusahaan harus memastikan bahwa kenaikan harga tidak membuat konsumen beralih ke produk atau jasa pesaing.
Menambah produk atau jasa baru yang memiliki margin kontribusi yang lebih tinggi dapat membantu menurunkan BEP.
Namun, perusahaan harus memastikan bahwa produk baru tersebut memang diminati oleh pasar dan dapat bersaing dengan produk atau jasa pesaing.
Mengurangi biaya tetap seperti sewa, gaji karyawan, atau biaya administrasi dapat membantu menurunkan BEP.
Namun, perusahaan harus memastikan bahwa pengurangan biaya tetap tersebut tidak mempengaruhi kualitas produk atau jasa yang ditawarkan.
Mengoptimalkan sumber daya manusia dapat membantu menurunkan BEP.
Perusahaan dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas atau melatih karyawan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan baru.
Meningkatkan volume penjualan dapat membantu menurunkan BEP.
Namun, perusahaan harus memastikan bahwa peningkatan volume penjualan tersebut tidak menurunkan harga jual atau kualitas produk atau jasa yang ditawarkan.
Dalam mengurangi BEP, perusahaan harus memastikan bahwa tindakan yang diambil tidak mempengaruhi kualitas produk atau jasa yang ditawarkan dan tetap dapat bersaing dengan produk atau jasa pesaing.
Break Even Point (BEP) dapat membantu bisnis dalam pengambilan keputusan karena BEP memberikan informasi penting tentang titik impas atau titik nol laba pada tingkat penjualan tertentu.
Dengan mengetahui BEP, bisnis dapat menentukan target penjualan minimum yang perlu dicapai untuk mencapai titik impas dan memperoleh keuntungan.
Selain itu, BEP juga dapat membantu bisnis dalam memperkirakan laba dan rugi di masa depan, melakukan analisis sensitivitas terhadap berbagai faktor seperti harga jual, biaya variabel, atau biaya tetap, dan mengukur risiko keuangan perusahaan.
Dengan menggunakan BEP, bisnis dapat membuat simulasi keuangan untuk mengidentifikasi potensi risiko dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
Selain itu, BEP juga dapat membantu bisnis dalam pengambilan keputusan tentang harga jual produk atau jasa, strategi biaya, atau investasi yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis.
Dengan mengetahui BEP, bisnis dapat menentukan harga jual yang tepat untuk memperoleh keuntungan, mengurangi biaya produksi untuk menurunkan BEP, atau mengambil keputusan tentang investasi dalam pengembangan produk baru.
Dengan kata lain, BEP dapat membantu bisnis dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat dan efektif, karena memberikan informasi penting tentang kinerja keuangan perusahaan dan titik impasnya.
Dengan memahami BEP, bisnis dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk bertahan dan berkembang dalam pasar yang kompetitif.
Dalam menjalankan bisnis, penting bagi perusahaan untuk memahami dan mengelola Break Even Point (BEP) secara efektif.
BEP memberikan informasi penting tentang titik impas atau titik nol laba pada tingkat penjualan tertentu, sehingga perusahaan dapat menentukan target penjualan minimum yang perlu dicapai untuk mencapai titik impas dan memperoleh keuntungan.
Selain itu, BEP juga dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan tentang harga jual produk atau jasa, strategi biaya, atau investasi yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis.
Dengan memahami BEP, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk bertahan dan berkembang dalam pasar yang kompetitif.
Namun, perlu diingat bahwa BEP hanyalah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Perusahaan juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti risiko bisnis, kebijakan pemerintah, persaingan pasar, dan perubahan tren konsumen dalam membuat keputusan yang tepat.
Dengan mengintegrasikan BEP ke dalam strategi bisnis perusahaan, perusahaan dapat mengoptimalkan potensi keuntungan dan mengurangi risiko keuangan.
Baca Juga: Kegiatan Ekonomi: Sejarah, Jenis, dan Contohnya!
Salah satu metode yang mudah dan praktis dalam mencatat penjualan adalah dengan menggunakan Aplikasi POS seperti Kasir Pintar
Kasir Pintar bisa mencatat setiap penjualan dari usahamu dan melakukan beberapa kegiatan seperti :
- Atur stok barang
- Mencatat berbagai macam metode transaksi penjualan
- Laporan usaha lengkap
- Manajemen Pelanggan (CRM)
- Manajemen Karyawan & Cabang Usaha dan masih banyak lagi
Kamu bisa Coba Gratis selama 30 Hari tanpa syarat, atau jika ingin mendapatkan fitur lengkap gunakanlah Kasir Pintar Pro.
Artikel Terkait
Artikel Populer
Mulai Bisnis
Bersama Kasir Pintar
Jalankan bisnis secara otomatis dengan
Aplikasi Kasir Pintar dan Coba Gratis selama
30 Hari tanpa syarat